Senin, 16 April 2012

Patah tulang

Patah Tulang


Definisi patah tulang secara umum adalah terputusnya kontinutas tulang. Gejala yang umum muncul adalah rasa nyeri yang terlokalisir pada bagian yang patah dan nyeri ini akan semakin memberat apabila digerakkan, bengkak di sekitar bagian yang cedera, deformitas atau kelainan bentuk. Patah tulang pada dewasa dan anak karena masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda yang akan berdampak pada penanganan patah tulang. Misalnya, reduksi tertutup patah tulang pada anak tidak perlu dilakukan secara agresif karena proses penyembuhan tulang anak lebih cepat dan lebih baik daripada dewasa. Selain itu, beberapa jenis patah tulang pada anak dapat sembuh/menyambung spontan, hal ini dikarenakan anak masih dalam masa pertumbuhan. Pada orang dewasa, proses penyembuhan tulang tidak sebaik pada anak, lempeng pertumbuhan juga sudah menutup, oleh karena itu penanganan patah tulang pada orang dewasa cenderung lebih agresif. Diagnosa Patah Tulang Secara umum, dokter dapat melakukan diagnosa patah tulang melalui tahapan-tahapan berikut: 1. wawancara, untuk mengetahui kemungkinan mekanisme cedera, sehingga dapat diperkirakan seberapa parah cedera yang terjadi 2. pemeriksaan fisik, untuk mendapatkan tanda-tanda obyektif patah tulang melalui tahapan inspeksi (melihat) dan palpasi (meraba) 3. pemeriksaan radiologis, atau foto rontgen. Dengan rontgen dapat diketahui dengan pasti adanya patah tulang

Proses Penyembuhan Patah Tulang Penyembuhan tulang normal merupakan suatu proses biologis yang luar biasa karena tulang dapat sembuh tanpa “bekas” atau “jaringan parut”. Artinya tulang yang patah akan disambung dengan tulang yang baru. Berbeda dengan ligamen yang proses penyembuhannya akan digantikan dengan jaringan parut. Berikut akan dijelaskan secara singkat proses penyembuhan tulang secara normal (diambil dari Textbook of Disorders and Injuries of the Musculosceletal System karangan Robert Bruce Salter, halaman 427-428) : 1. Fase awal penyembuhan dari jaringan lunak Pada patah tulang, akan terjadi robekan pembuluh darah kecil di sekitar tempat cedera. Setelah terjadi pendarahan maka tubuh akan merespon dan terbentuklah bekuan darah (clot/hematoma). Hematoma di tempat patah tulang ini merupakan tempat dimana proses penyembuhan patah tulang pertama kali terjadi. Akan terjadi ledakan populasi sel-sel pembentuk tulang baru (osteogenic cells) untuk membentuk callus yang berfungsi sebagai ”lem” untuk menjaga agar tulang yang patah tidak mudah bergerak. Pada fase ini callus yang terbentuk masih lunak dan sebagian besar mengandung cairan. 2. Fase Penyambungan Tulang secara Klinis (Clinical Union) Callus semakin lama akan semakin mengeras dan sebagian akan digantikan oleh tulang immatur/belum dewasa. Pada saat callus ini telah mengeras sehingga tidak lagi terjadi pergerakan di sekitar tulang yang patah, maka dikatakan telah memasuki fase penyambungan tulang secara klinis (Clinical Union), namun garis patah tulang masih akan terlihat. Saat fase ini pasien tidak merasakan nyeri apabila bagian yang patah digerakkan. 3. Fase Konsolidasi atau Penyambungan secara Radiologis (Radiographic Union) Saat semua tulang muda (immatur) dalam callus telah tergantikan oleh tulang yang dewasa (matur) maka dikatakan telah memasuki fase Radiographic Union. Garis patah tulang tidak akan terlihat lagi.

Setelah memahami proses penyembuhan tulang secara normal, kita dapat memahami bahwa tulang yang patah, secara alami akan dapat menyambung sendiri tanpa harus dimanipulasi. Hal ini pula yang dijadikan patokan oleh oknum dukun patah tulang yang kurang kompeten. Oknum dukun patah tulang paham bahwa penyambungan tulang merupakan proses alami tubuh, oleh karenanya mereka melakukan manipulasi untuk menyambung tulang dengan hanya berdasar trial and error serta pengalaman tanpa adanya pelatihan khusus.
Saat pasien patah tulang datang untuk berobat, baik ke dokter maupun ke pengobatan alternatif, pasien akan mengharapkan kesembuhan dalam artian: 1. tulang yang patah dapat menyambung 2. bagian tubuh yang cedera dapat digunakan kembali/berfungsi secara normal 3. terhindar dari komplikasi

MASALAHNYA.. Seperti penjelasan di atas, penyambungan tulang patah merupakan proses alami tubuh yang akan terjadi meskipun tanpa manipulasi tertentu. Tetapi, penyambungan tulang (union) yang bagaimana yang diharapkan pasien? Pasien tentu mengharapkan tulang menyambung seperti sedia kala, dengan posisi normal sesuai posisi asli sebelum patah (posisi anatomis), dan hal ini hanya dapat dicapai/dilakukan oleh orang yang telah memiliki kompetensi setelah menjalani proses pembelajaran dan pelatihan dalam waktu yang cukup lama, bukan berdasarkan trial and error. Manipulasi yang tidak tepat memang pada akhirnya akan menyebabkan tulang yang patah menyambung, namun tidak dalam posisi normal atau posisi anatomis, akibatnya akan terjadi deformitas/kelainan bentuk pada anggota tubuh yang terkena, misalnya tangan jadi terlihat bengkok. Masalah fungsi normal, jelas bahwa dengan tercapainya posisi anatomis maka diharapkan pasien dapat kembali menggunakan bagian tubuh yang cedera seperti sebelum sakit. Saat ini banyak sekali kasus dimana setelah berobat ke pengobatan alternatif, tulang patah memang menyambung, tapi pasien harus menanggung komplikasi misalnya jalan menjadi pincang, rentang gerakan sendi menurun (misal tangan tidak bisa lurus dengan maksimal), dan tidak jarang kecacatan ini harus ditanggung seumur hidup. Ada tiga proses penyembuhan patah tulang yang tidak normal akibat tidak ditangani sama sekali atau ditangani oleh orang yang tidak kompeten: 1. Malunion: patah tulang dapat sembuh sesuai waktu yang diperkirakan/normal namun posisinya tidak seperti awal/tidak sesuai posisi anatomis, sehingga menyebabkan kelainan bentuk tulang 2. Delayed union: patah tulang pada akhirnya akan sembuh namun membutuhkan waktu lebih lama daripada waktu penyembuhan normal 3. Pseudoarthrosis: patah tulang gagal sembuh/menyambung dan akan disertai pembentukan jaringan fibrosa atau false joint, artinya bagian yang patah tidak akan berfungsi dengan normal seperti sebelum sakit.

Komplikasi yang lebih buruk dan mengancam jiwa terjadi apabila pasien menderita patah tulang terbuka (ada hubungan antara tulang dengan lingkungan luar). Kasus patah tulang terbuka merupakan kasus gawat darurat yang harus ditangani secepatnya di meja operasi karena adanya resiko infeksi yang sangat besar. Infeksi ini apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan kematian. Jelas bahwa untuk kasus patah tulang terbuka, pengobatan alternatif tidak memiliki kompetensi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar